Gores-gores tinta hitam dan biru tegas memenuhi kanvas merupa langit malam, di tengah itu semua seekor kucing yang magis seperti terbang dalam luasnya galaksi. Lukisan kucing itu adalah karya Ferdiandra Putra yang disiapkan untuk pameran perdananya. Tidak hanya lukisan, Ferdi juga menyiapkan beberapa topeng dan hasil kriyanya untuk dipamerkan. Melukis menjadi cara Ferdi mengekspresikan imajinasi dan pikirannya.
Perjalanan Ferdi menuju pameran perdananya adalah perjalanan panjang yang menjadi proses berharga dalam hidupnya. Sebagai penyandang Autism Spectrum Disorder (ASD) bakat berkeseniannya perlu menembus benteng sosial yang dibangun dari stigma dan stereotip pada anak dengan ASD. Dalam film dokumenter pendek Merupa (2021) arahan Ary Aristo, kita melihat bagaimana orang-orang disekitar Ferdi menjadi support system yang mendukung bakat dan mendorong Ferdi agar tidak putus asa. Mulai dari orang tua dan komunitas di mana Ferdi berkesenian.
Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD), secara medis mengacu pada kelainan perkembangan saraf. Hal ini menyebabkan gangguan perilaku dan interaksi sosial. Gejala penyakit ini lebih sering terdeteksi pada masa kanak-kanak, tetapi juga dapat ditemukan ketika dewasa. Bagi anak dengan ASD seperti Ferdi, model pengasuhan dari orang tua menjadi faktor yang sangat signifikan untuk pertumbuhan anak. Pengasuhan anak tidak terlepas dari bagaimana ekspektasi masyarakat terhadap peran yang mesti dijalankan oleh seorang anak di masa dewasanya kelak. Karena bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial dan tidak terkecuali dengan orang dengan ASD dan juga orang disabilitas lainnya.
Dalam Merupa kita melihat bagaimana keluarga Ferdi sebagai support system yang saling menguatkan. Seperti dikisahkan oleh Mamanya Ferdi, ia tidak pernah terima omongan dari orang lain jika Ferdi dianggap sebagai orang yang berbeda. Begitu juga dengan Papanya Ferdi. Ferdi distigmatisasi oleh orang lain, sehingga juga Papanya Ferdi ikut marah ketika Ferdi digunjingkan orang lain kalau “otaknya ada yang berbeda”. Jika dikaitkan dengan perkembangan anak dan pengaruh stigma negatif masyarakat akan kondisi anak dengan ASD. Maka secara tidak langsung dapat mempengaruhi keoptimalan orang tua dalam proses pengasuhan. Dan pada titik ini orang tuanya Ferdi adalah orang tua yang kuat.
Anne Currier Tucker, seorang antropolog yang banyak meneliti tentang autisme di Indonesia, melalui bukunya Interpreting and Treating Autism in Javanese Indonesia (2013) menjelaskan bagaimana kondisi sosial, budaya, dan ekonomi sangat mempengaruhi cara mengasuh anak dan juga bagaimana anak dengan ASD berkembang. Berdasarkan hasil penelitiannya selama setahun di Indonesia, Tucker mengungkapkan bahwa pada tahun 1990-an orang tua di Indonesia masih menganggap anak dengan ASD adalah sebuah aib keluarga sehingga malu untuk diketahui masyarakat umum. Sering pula orang tua merasakan kekhawatiran bila membawa anaknya ke tempat umum dan merasa cemas apakah anaknya diterima atau ditolak oleh masyarakat.
Kegelisahan akan penolakan dari masyarakat itu juga tumbuh dalam diri Ferdi yang sudah mulai menginjak dewasa. Lewat film dokumenter pendek ini juga kita melihat bagaimana yang Ferdi khawatir tidak bisa jadi menjadi apa-apa dan tidak bisa berkontribusi pada keluarga dan masyarakat. Ia takut malah membebani orang tua. Namun Ary Aristo sebagai sutradara film ini tidak membiarkan kita larut dalam kegelisahan Ferdi, karena kita semua tau Ferdi punya keluarga dengan support system yang baik.
Support system bisa berarti dukungan orang-orang seperti teman, sahabat, atau keluarga yang dipercaya dan dapat membantu melewati masa-masa sulit. Dukungan yang tepat pun bisa membantu mendapatkan solusi yang tepat. Kehadiran dan dorongan dari mereka agar selalu bangkit dari keterpurukan dapat menjadi penguat di kala titik terendah sekali pun. Dukungan emosional yang diberikan oleh Papa Ferdi tentu sangat berharga, Papa Ferdi selalu bangga dengan apa yang dicapai oleh Ferdi. Mulai dari crafting, melukisan, dan membuat ilustrasi, animasi, hingga fotografi.
Keluarga Ferdi memang tampaknya memiliki akses yang baik atas informasi, ketika Papanya Ferdi membicarakan pemilu di Amerika Serikat, anak-anaknya tau bagaimana perkembangan Joe Biden dari partai Demokrat dan Donald Trump sebagai lawannya saat itu. Bahkan salah satu adik Ferdi nyeletuk “Kanye West nggak jadi nyalonin?”. Ini menandakan jika Dukungan yang hadir kepada Ferdi adalah sebuah keistimewaan karena ia memiliki keluarga yang terbuka dan memiliki akses atas informasi yang cukup baik.
Informasi tentang cara mengasuh anak dengan ASD menjadi penting karena di Indonesia, keyakinan budaya tentang pengasuhan banyak yang menempatkan anak dengan ASD sebagai penyakit. Budaya memiliki pengaruh penting pada perilaku pengasuhan, termasuk pertimbangan tentang cara yang tepat untuk mengasuh anak dengan ASD. Sehingga keluarga Ferdi bisa mendukung bakat, minat dan hobi Ferdi sehingga ia bisa mengarahkan potensi dirinya. Meski berat dan terkadang butuh usaha ekstra serta kondisi dan ruang yang mendukung untuk dapat memanfaatkannya dengan baik. Ferdi beruntung mendapatkan keluarga dan komunitas yang tepat.